Comic · Indonesian · Review and Impression

Ulasan: Takhta

Sudah satu dekade semenjak komik-komik buatan dalam negeri mulai berusaha mengembalikan kekuatannya di hati para pecinta komik di Indonesia. Karya-karya yang hadir pun punya konsep yang menarik dan cenderung disesuaikan dengan selera mayoritas pembaca masa kini. Hal ini pun disadari oleh salah satu pegiat komik lokal, Kosmik, dengan menghadirkan komik-komik berkualitas yang bisa disandingkan dengan komik kelas dunia lainnya.

Dengan membawa titel Dark Matter, Kosmik mendedikasikan proyek besarnya ini untuk membawa komik-komik berkualitas tinggi dengan tema yang lebih kompleks namun tetap dinikmati oleh pembacanya. Salah satu komik yang menjadi pentolan mereka adalah Takhta. Dengan sederet kelebihannya, mereka menyajikan ini ke hadapan publik pecinta komik Indonesia.

Takhta adalah sebuah serangkaian konflik yang dihadapi oleh 200 anak muda berkualitas tinggi dari seluruh daerah di Indonesia (menurut mereka) setelah kapal mereka karam di sebuah pulau tak berpenghuni setelah sebelumnya mereka menerjang badai saat melaksanakan acara penghargaan di kapal tersebut. Kisah ini diangkat melalui sudut pandang seorang penyusup lulusan SMP dari Timur bernama Makkawaru (Waru) yang memiliki alasan tersendiri untuk menghadiri acara tersebut.

(c) KOSMIK – DARK MATTER

Komik ini diciptakan oleh tangan-tangan yang berkualitas tinggi dan mumpuni di kalangan kreator komik Indonesia modern. Komik ini diproduseri oleh Sunny Gho (tim inti Kosmik, colorist Marvel & DC), ditulis oleh Kathrinna Rahmavika (Mera Puti Emas, Gastronomale), dengan ilustrasi khas milik Kello Rayder (The Chronicle of Seven, BARA: The Dark Age of Banda), dan disempurnakan oleh editor Kosmik, Dimar Pamekas. Orang-orang ini saya percayai sudah cukup berpengalaman dan berkemampuan mumpuni di bidangnya masing-masing. Takhta hadir dalam bentuk e-book yang bisa diunduh melalui kanal berbasis langganan Karyakarsa. Dengan segala inovasinya, saya rasa ini menjadi angin segar dan karya yang menarik untuk dikecap. Berikut bahasannya!

Konsep dan Cerita

(c) KOSMIK – DARK MATTER

Seperti yang kita tahu, Takhta membawa premis yang cukup jelas. Berawal dari sebuah penghargaan akan 200 pelajar muda berprestasi yang harus “ditunda” karena kapal tempat penghargaan itu berlangsung karam di sebuah pulau tak berpenghuni. Hal ini memaksa mereka semua untuk secara tidak langsung “membentuk negara baru” di pulau tersebut dan bertahan hidup sesuai kemampuan mereka. Ironinya, kemampuan serta latar belakang yang mereka miliki membuat mereka terkotak-kotakkan. Hal ini membuat seorang Waru geram dan akhirnya mencoba melakukan sesuatu di balik layar.

Dalam kisah ini, kita dihadapkan kepada beberapa pelajar yang menonjol dengan latar belakang dengan sudut pandang berbeda-beda. Selain Waru, ada Satria, pelajar muda berwibawa yang dididik dan ditanamkan paham “dilahirkan untuk memimpin”. Iban, pelajar STM yang berandal namun punya kharisma di kalangan sesama pelajar STM. Uni, pelajar SMK jurusan Tata Boga yang minder namun punya keunikan. Mello, pelajar SMA Internasional dengan kemampuan jurnalistiknya yang menggebu-gebu soal intrik politik negeri. Jun, siswa tercerdas di negeri ini dengan safe play-nya mengenai sosial. Damar, siswa aristokrat yang apatis dan lebih suka bertahan dalam kenyamanannya. Mereka semua masing-masing memiliki latar belakang, sifat, dan intensi berbeda-beda yang membuat komik ini menjadi kaya akan persepsi dan konflik ke depannya.

Dalam 5 bab, Takhta telah membentuk kisahnya dengan bulat baik dari segi latar belakang, intensi, dan intrik di dalamnya. Komik ini bisa dibilang ringkas, jelas, namun padat, yang bisa menjadi kekuatan besar Takhta bagi pembaca Indonesia yang umumnya menginginkan seri yang padat namun dapat intriknya. Bisa dibilang, komik ini memang dibuat untuk orang Indonesia. Kita tidak hanya berbicara soal konsep dunianya, namun juga konflik-konflik yang di dalamnya.

(c) KOSMIK – DARK MATTER

Takhta menyatakan bahwa pelajar-pelajar terdampar ini membentuk ‘negeri’-nya sendiri dengan menciptakan ‘sistem pemerintahan’ dan pergerakan untuk bertahan hidup. Dengan segala latar belakang dan kemampuan mereka mencari cara untuk tetap bisa eksis. Secara tidak langsung, kreator komik ini membentuk “realita bangsa Indonesia” dalam perilaku dan intrik antarpelajar yang terdampar. Kita tidak hanya berbicara tentang kecemasan remaja, tapi juga persepsi mengenai kasta, hak istimewa, kekayaan materiil, dan perspektif akan masyarakat. Hal-hal seperti ini mungkin mudah dipahami oleh pembaca yang akrab dengan konflik masyarakat dan politik di Indonesia sehingga memudahkan mereka mengerti isi komik ini dengan karakter-karakter di dalamnya secara singkat, padat, namun jelas.

Mungkin yang perlu ditilik juga adalah karakter-karakter yang berputar di dalam komik ini adalah pelajar. Meski mereka cerdas dan berkompeten, mereka masih remaja. Secara mental, tidak semuanya memiliki kemampuan yang kuat dan berpengalaman. Maka dari itu, tidak jarang komik ini menampilkan sifat yang menggebu dan cenderung kekanakan. Di satu sisi mungkin itu tidak terlalu menyenangkan, namun jika dikemas dengan baik justru bisa menjadi menarik bahkan cenderung mengubah dinamika konflik di dalamnya.

Kosmik memang dikenal sebagai pencipta komik-komik berkualitas tinggi, namun ini adalah kali pertama saya melihat kombinasi kreator seperti ini. Seperti yang saya bilang sebelumnya, penulis komik ini, Nana, lebih dikenal dengan komik-komik pendek revolusioner seperti “Saya bertemu Saya yang 10 Tahun” dan komik-komik panel pendek yang bertemakan kehidupan serta pemahaman unik yang tak jauh dari kehidupan sehari-hari. Takhta sendiri memiliki cita rasa Nana yang cukup banyak punya konflik-konflik bertemakan kepercayaan diri, isu sosial, dan lainnya yang membuat saya, secara pribadi, tidak asing melihat kepenulisannya.

Dan ketika kita berbicara konflik masyarakat di kacamata remaja, komik ini jelas didasari oleh riset serta aktualisasi konsep yang dipahami secara kuat. Target pasarnya cukup jelas mengarah ke pembaca komik dengan intrik kompleks, termasuk pecinta shonen manga. Saya tidak tahu apakah komik ini memang sengaja diberi alur deskriptif yang cepat untuk langsung mengisi keseluruhan cerita dengan konflik semi politikal nya atau memang gaya penceritaannya seperti ini. Namun, dengan perencanaan konsep seperti ini, saya bisa bilang bahwa Takhta memenuhi keinginan pembaca yang ingin tema yang cukup kompleks namun cepat dicerna serta memberikan ketegangan di setiap akhir panel anda membacanya.

Ilustrasi

Takhta sejak awal memperlihatkan eksistensinya sebagai komik untuk pembaca-pembaca muda yang berminat dengan tema kompleks namun tetap mudah dicerna. Hal ini tidak lepas dari ilustrasi yang menerjemahkan kisah tersebut menjadi komik. Menurut saya, keterlibatan Kello sebagai ilustrator memiliki kelebihan yang cukup baik. Kello memiliki gaya gambar yang sederhana namun cukup tegas dalam menggambarkan setiap karakter. Setiap karakter yang ditampilkan berdasarkan keunikan tersendiri dan mudah untuk dicerna serta diinterpretasikan. Berawal dari desain milik Nana, Kello menyempurnakannya dengan baik.

(c) KOSMIK – DARK MATTER

Sebagai sebuah komik dengan tema survival, ilustrator Kello memaksimalkan penggambaran kisahnya dengan cukup banyak face-shot dan aksi-aksi lainnya. Penggunaan setiap halaman pun padat dengan gambar-gambar secara lugas. Yang mungkin juga semakin mempermudah pembaca untuk mengerti adalah gaya panelnya yang condong ke arah komik Jepang modern. Seperti yang diutarakan sebelumnya, Takhta seolah telah bersuara tentang target utama pembacanya sehingga mereka memilih gaya gambar maupun alur penceritaan demikian untuk memudahkan pembaca memahami komiknya.

(c) KOSMIK – DARK MATTER

Mungkin saya bisa mendengar beberapa pemahaman orang yang merasa komik ini cukup membawa nuansa shonen di dalam penggambarannya, termasuk gerak badan, ekspresi, kelakar, serta bahasa tubuh yang terlihat cukup aneh jika disandingkan ke karakterisasi orang Indonesia di dunia nyata, seperti bersila tangan sambil menyenderkan badan ke pintu, berteriak hiperbolik, dan sebagainya. Namun, ini bisa menjadi sisi keuntungan yang justru mempermudah pembaca pun memahami karakterisasi setiap karakter di dalamnya. Tidak semua komik mampu melakukan hal seperti ini tanpa harus berpaku kepada “keunikan dalam negeri”, karena di sini kita berbicara tentang konsep komik itu sendiri, termasuk dari penggambarannya.

Selain bicara bahasa tubuh, desain karakter dari Takhta terlihat unik dengan ciri khas yang bisa kita bedakan. Beberapa desainnya mungkin bisa dibilang cukup out of the box jika disandingkan dengan gaya busana pelajar Indonesia pada umumnya. Bisa dibilang Mello dan Iban memiliki desain yang paling berbeda dibandingkan lainnya. Di sini pun nuansanya memang diusahakan agar karakternya mudah dibedakan dan melekat di pembaca. Di satu sisi ini memang suatu hal yang baru dan perlu dibiasakan. Saya sendiri mengapresiasi desainnya karena karakter-karakternya sendiri pun sesuai dengan desainnya, yang berarti mereka berhasil menciptakan karakter dengan fisik dan psikis berselaras.

Selaras dengan konsep ceritanya, ilustrasi dan alur pembacaan komiknya pun disesuaikan agar mudah dimengerti namun tidak menghilangkan esensi kompleks dan dalamnya Takhta dalam intrik antarkonflik yang ada. Meski ada beberapa penggambarannya yang masih cukup kaku, saya rasa apa yang ditampilkan sudah cukup tersampaikan bahkan cenderung menyempurnakan apa yang terjadi di dalam kisahnya. Siapa tahu seiring dengan waktu justru ilustrasi ini akan menjadi gairah utamanya.


Kesimpulan

Takhta, seperti 200 pelajar yang berintrik di dalamnya, adalah kisah yang dipersiapkan secara matang, dengan tujuan yang padat dan jelas. Dengan pemahaman akan popularitas konsep komik-komik populer masa kini, target pembaca yang instan, dan kualitas kreator yang mumpuni, Takhta mencoba peruntungannya di kancah perkomikan Indonesia dengan konsep yang tidak main-main. Meski komik di Indonesia makin banyak, saya rasa Takhta punya cara bersaing yang berbeda dan saya yakin bisa berbeda dari lainnya.

Meski hadir dalam platform yang cukup unik di kalangan pembaca komik Indonesia, kehadirannya pun memang menjadi sesuatu yang diperhitungkan. Dengan harga yang cukup terjangkau, saya pikir kualitas yang diberikan pun cukup luar biasa. Mungkin komik ini belum terdengar dengan baik sesegera itu, tapi tidak tertutup kemungkinan kolaborasi kreasi ini dengan media hiburan lainnya bisa menaikkan popularitasnya.

Takhta bisa dibaca melalui kanal Karyakarsa: https://karyakarsa.com/darkmatter
dengan harga Rp 8,000,00 per bab-nya atau menjadi pendukung aktif setiap bulan dengan berlangganan KOSMIK DARK MATTER sebesar Rp 25.000,00 per bulan.


Aftermath

Sebuah negara tercipta akan hadirnya begitu banyak individu dengan segala kemungkinan. Meski mereka lahir dari berbagai latar belakang, keistimewaan, ataupun bakat, mereka memiliki pilihan untuk bisa terlibat, mendobrak kemungkinan, atau hanya bermain di belakang demi kenyamanan. Hal ini pun tak luput dari tirani-tirani di belakangnya yang saya sebut dengan keluarga.

Ketika kita mau membuka paksa kesempatan itu, kita dihadapkan kepada pertanyaan selanjutnya: apakah kita siap? Mungkin kita sudah disiapkan untuk itu, tapi apakah kita memang betul-betul siap ketika sudah tidak ada jalan kembali untuk bisa memperbaiki semuanya, atau kita hanya cukup mengubur mimpi-mimpi hidup dalam kesamaan dan kedamaian yang mungkin hanya nirwana yang memahami?

(c) KOSMIK – DARK MATTER

2 thoughts on “Ulasan: Takhta

  1. Kak suka bnget dgn blog kakak meskipun baru baca postingan analisis ghibli, keren bnget sih, secara salah satu fans ghibli nih saya hehe. Mau request dong kalo boleh, bisa bahas atau analisis evangelion?? Belum lama ini saya baru namatin seriesnya (telat bnget emang wkwk) dan impresi saya seperti yg lain, dark, kelam dan cenderung depresif apalagi dua episode terakhir, duhh. Terimakasih kak kalau berkenan mengabulkan request dari orang gak dikenal ini hihi.

  2. Kak suka bnget dgn blog kakak meskipun baru baca postingan analisis ghibli, keren bnget sih, secara salah satu fans ghibli nih saya hehe. Mau request dong kalo boleh, bisa bahas atau analisis evangelion?? Belum lama ini saya baru namatin seriesnya (telat bnget emang wkwk) dan impresi saya seperti yg lain, dark, kelam dan cenderung depresif apalagi dua episode terakhir, duhh. Terimakasih kak kalau berkenan mengabulkan request dari saya hihi. Salam kenal!

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.